Home » » Perkembangan masyarakat Indonesia

Perkembangan masyarakat Indonesia

Di Posting Oleh : Admind.msc- The Vamphire 8.01.2011 -7:10 AM

Perkembangan masyarakat Indonesia terbagi atas beberapa bagian yaitu :
1. Masyarakat sederhana/bersahaja.
Adapun cirri-ciri masyarakat yang mengalami perkembangan lambat dibandingkan dengan masyarakat lainnya:
  1. Hubungan dalam keluarga maupun dalam masyarakat sangat erat.
  2. Organisasi social didasarkan pada adat-istiadat yang berbentuk secara turun-temurun.
  3. Percaya akan adanya kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan mereka, tetapi mereka sendiri tidak sanggup menghadapi kekuatan tersebut.
  4. Tidak terdapat lembaga khusus yang mengatur bidang-bidang pendidikan dalam masyarakat, tetapi ketrampilan yang mereka miliki diperoleh melalui ppendidikan diluar sekolah dari keluarga, maupun masyarakat sendiri secara perlahan-lahan dilakukan secara turun-temurun dengan praktek langsung.
  5. Tingkat buta huruf tinggi, mengingat tidak adanya pendidikan sekolah yang masuk dalam kehidupan mereka.
  6. Hokum yang berlaku dimasyarakat dapat dipahami dan dimengerti oleh anggotanya yang sudah dewasa.
  7. Kegiatan perekonomian masyarakat sebagian besar dibidang produksi yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau sedikit dipasarkan.
  8. Kegiatan perekonomian dan social memerlukan keja sama yang dilakukan oleh orang banyak dan secara tradisional dengan system gotong royong, hubungan kerja sama dengan system ini tanpa adanya hubungan buruh dengan majikan.

2. Masyarakat madya

Adapun cirri-ciri masyarakat ini dibandingkan dengan masyarakat sederhana antara lain:
  1. Hubungan dengan keluarga tetap kuat, tetapi hubungan antar anggota masyarakat sudah mulai mengendur dan mulai didasarkan kepada kepentingan untuk memenuhi untung rugi atas dasar ekonomi.
  2. Adat istiadat yang berlaku dimasyarakat masih dihormati dan masyarakat sudah mulai terbuka dengan adanya pengaruh dari luar.
  3. Timbulnya pemikiran rasional.
  4. Lembaga-lembaga pendidikan mulai muncul, tetapi belum ada nampaknya pendidikan luar sekolah.
  5. Karena mulai masuk lembaga pendidikan sekolah, maka tingkat buta huruf turun.
  6. Hukum tertulis dan hukum tidak tertulis berdampingan serasi.
  7. Ekonomi yang berorientasi pasar mulai menambah persaingan dibidang produksi.
  8. Gotong royong masih berlaku, tetapi dikalangan keluarga besar atau tetangga-tetangga terdekat.

3. Masyarakat modern
Masyarakt ini telah mengalami perkembangn atau mengalami kemajuan, karena hubungan dengan masyarakat yang lain yang lebih intensif. Masyarakat pra-modern memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
  1. Hubungan antar masyarakat didasarkan pada kepentingan pribadi dan kebutuhan-kebutuhan individu.
  2. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling mempengaruhi.
  3. Mayarakat sangat percaya terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi.
  4. Masyarakat terdiri dari berbagai macam profesi dan keahlian yang dapat ditingkatkan atau dipelajari.
  5. Tingkat pendidikan sekolah relative tinggi dan merata.
  6. Hokum yang berlaku di masyarakat adalah hokum tertulis yang sangat kompleks, dan
  7. Ekonomi hampir seluruhnya berorientasi kepada pasar yang didasarkan kepada penggunaan uang dan alat pembayaran lain (kartu kredit,check,giro dan sebagainya)

4. Masyarakat tradisional

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang tertutup, padu monolitik. Masyarakat tradisional secara utuh sangat sulit untuk dicari batasannya, karena di berbagai belahan bumi ini banyak terdapat masyarakat yang memegang teguh adat istiadat serta teknologinya secar tradisional.
Masyarakat tradisional di Indonesia yang sangat memegang teguh adat istiadat disebut sebagai komunitas adat terpencil yang artinya kelompok social budaya yang bersifat local dan terpencar serta kurang terlibat dalam jaringan dan pelayanan yang baik social, ekonomi, maupun politik.
Komunitas adat terpencil memiliki cirri ( dalam keputusan menteri social republic Indonesia no. 06/PEGHUK/2002 tentang pedoman pelaksanaan pemberdayaan masyarakat terpencil ) sebagai berikut :
  1. Berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogen. Komunitas adat terpencil umumnya hidup dalam kelompok kecil dengan tingkat komunikasi yang terbatas dengan pihak luar.
  2. Pranata social bertumpu pada hubungan kekerabatan. Pranata social yang ada dan berkembang dalam kehidupan komunitas adat terpencil pada umumnya bertumpu pada hubungan kekerabatan dimana kegiatan mereka sehari-hari masih didasarkan pada hubungan ikatan tali darah dan perkawinan.
  3. Pada umumnya terpencil secara geografis dan sulit dijangkau. Secara geografis komunitas adat terpencil umumnya berada didaerah pedalaman, hutan, pegunungan, perbukitan, laut, rawa, daerah pantai, yang sulit dijangkau.
  4. Pada umumnya masih hidup dengan system eknomi subsistem. Aktivitas kegiatan ekonomi warga komunitas adat terpencil sehari-hari hanya sebatas memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri (kebutuhan sehari-hari).
  5. Peralatan dan teknologinya sederhana. Dalam upaya memanfaatkan dan mengola sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari baik dalam kegiatan pertanian, berburu, maupun kegiatan lainnya.
  6. Ketergantungan kepada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relative tinggi. Kehidupan komunitas mayarakat terpencil sangat menggantungkan kehidupan kesehariannya baik itu fisik, mental, spiritual pada lingkungan alam.
  7. Terbatasnya akses pelayanan social, ekonomi dan politik yang tersedia di lokasi atau sekitar lokasi tidak ada atau sangat terbatas sehingga menyebabkan sulitnya warga komunitas adat terpencil untuk memperolehnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.
Disamping cirri komunitas adat terpencil sebagai masyarakat tradisional, maka berikut ini secara umum tipe dan cirri dari masyarakat tradisional atau disebut cirri masyarakat berkebudayaan pra-industri, antara lain meliputi:

1. Masyarakat primitive
Masyarakat primitive disebut juga masyarakat sederhana, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya belum mengalami perkembangan yang berarti bahkan terbatas hanya berhubungan dengan usaha mencari dan menghasilkan bahan makanan atau hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, sehingga produksi yang mereka hasilkan masih sangat rendah.
Masyarakat terdiri atas beberapa kelompok yang anggotanya terbatas hanya beberapa puluh sampai beberapa ratus saja, bertempat tinggal terpencil jauh dari hubungan masyarakat lain. Masyarakat primitive ini sangat jarang berhubungan dengan masyarakat lain, karena umumnya terisolasi oleh keadaan alam, sehingga sulit untuk dijangkau. Mereka secara turun-temurun hampir tidak mengalami perubahan semenjak nenek-moyangnya hingga sekarang ini.


2. Masyarakat desa di daerah peradaban lama
Masyarakat ini lebih berkembang dibandingkan dengan masyarakat primitive, karena mereka telah menempati suatu wilayah tertentu dan tidak terisolasi oleh alam, sehingga masyarakatnya telah berhubungan dengan masyarakat-masyarakat yang lain.
Aktivitas kehidupan masyarakat pedesaan di daerah peradaban lama ini, berorientasi pada pertanian. Bahkan makanan yangmereka hasilkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sisanya sebagai kelebihan disimpan atau dijual untuk memenuhi masyarakt lain.
Penduduk yangterus bertambah menyebabkan lahan pertanian dimanfaatkan secara berulang-ulang sepanjang tahun, dengan pengairan sederhana sebagaimana yang telah dilakukan oleh leluhur mereka dan disesuaikan dengan kondisi alam sekitarnya.
Masyarakat pedesaan secara umumdapat dikenal dengan adanya dua model, yaitu model consensus dan model konflik. Dalam hal ini redfield (dalam school, 1980:102) menggunakan model consensus terhadap unsur-unsur dimasyarakat, yang meliputi :
  1. Terbatasnya usaha individual untuk memperbaiki nasib sendiri, karena mengutamakan kepentingan kelompok kerabat dan masyarakat desa.
  2. Etik yang sederhana berpusat pada keperluan hidup.
  3. Ikatan yang kuat pada kampong halaman.
  4. Sikap menjunjung tinggi kebiasaan leluhur, dan
  5. Sikap curiga terhadap kehidupan kota, bercampur dengan penghargaan.
Model konflik dikemukakan oleh foster( dalam school, 1980:102 ) dengan melihat bahwa masyarakat pedesaan yang memilki cirri structural tersendiri, menyebabkan adanya rasa curigadan tidak percaya terhadap segala sesuatu yang dating dari luar, karena dianggap dapat menggoyahkan solidaritas didalam. Apabila pengaruh dari luar masuk kedalam kehidupan mereka, maka dikhawatirkan akan menimbulkan perselisihan, terutama yang berhubungan dengan hak milik perorangan dan waarisan yang turun-temurun.

5. Masyarakat transisi

Masyarakat transisi merupakanmayarakat tradisional yang berada diantara masyarakat tradisional dengan masyarakat modern, atau masyarakat peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Kehidupan masyarakt ini pada umumnya berada di wilayah marginal atau di pinggirkan atau, kota-desa, lebih jelasnya secara fisik masih berada di daerah administrasi desa tetapi pengaruh kota terhadap kehidupan sudah Nampak.
Kehidupan masyarakat transisi berada diantara tradisional dan modern, yang tentu saja transisi ini tergantung pada beberapa factor, yang diantaranya tergantung pada wilayah dimana masyarakat tersebut berada, seperti di pedesaan atau di perkotaan, dengan penjelasan sebagai berikut:


1. Apabila mayarakat tersebut berada dipedesaan, maka transisi akan terlihat jelas terutama dalam bidang-bidang kehidupan, misalnya:

  • Pendidikan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam masyarakat transisi, pendidikan formal yang ada disuatu wilayah hanya sampai tingkat SLTP, atau sekarang ini mungkin saja sampai tingkat SMU. Pendidikan formal dianggap sebagai usaha untuk mencari kerja disektor luar agraris. Apabila pendidikan formal tidak dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan atau hanya sampai SD saja makatidak sedikit diantara mereka yang memperdalam pendidikannya melalui pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh oleh pesantren seperti yang banyak terdapat di p.jawa. 
  • Kesehatan, di pedesaan telah banyak didirikan balai kesehatan termasuk puskesmas dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Yang tampak jelas dalam masyarakat transisi dalam hal kesehatan ini terutama dalam hal ibu-ibu bersalin masih banyak tergantung pada dukun beranak. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya tenaga medic. Jauhnya jarak ke puskesmas terdekat, atau kepercayaan terhadap dukun beranak yang tetap tinggi. Dalam bidang pengobatan masyarakat transisi masih sangat mengandalkan peranan pengobatan non-medik sebagai upaya meningkatkan derajat sehat, walaupun mereka memerlukan pula tenaga-tenaga medic yang berkeliling ke daerah mereka. Dengan demikian, bahwa pengobatan non-medik bersama-sama dengan pengobatan medic diperlukan dalam kehidupan mereka.
  • Industri, industri yang berkembang dalam kehidupan masyarakat transisi lebih banyak bersifat industry rumah tangga atau industry kerajinan di mana bahan bakunya berasal dari wilayah sekitarnya. Industry ini dilaksanakan bukan atas dasar keahlian dari para pekerjanya melainkan ketrampilan yang diperoleh dari seringnya melakukan jenis pekerjaan yang diberikan kepadanya.
  • Komunikasi dan informasi. Komunikasi yang dilakukan masyarakat tidak atas kepentingan ekonomi, tetapi adakalanya atas dasar kekeluargaan di mana saling berkunjung hanya sekedar bercengkrama masih dilakukan warga masyarakat. Sedangkan untuk kepentingan ekonomi dilakukan apabila berhubungan dengan awal musim tanm atau panen hasil bumi, jual beli tanah, dan kepentingan untuk mengangkut hasil bumi. Informasi pembangunan yang datang pada mereka berasal dari perangkat desa, dan jarang informasi diperoleh dari media massa karena Koran, tabloid, majalah, jurnal dan lain-lain sedikit sekaliatau tidak pernah diantara mereka yang berlangganan, kalaupun ada waktu penerbitannya telah terlewat. Bgitu pula informasi dari televisi jarang diperoleh, di samping saluran televisi yang terbatas juga acara yang mereka tonton terbatas pada hiburannya saja,sedangkan berita dan informasi lain sering diabaikan.
2. Masyarakat transisi di pinggiran kota. Masyarakat transisi yang bertempat tinggal di pinggiran kota kadangkala tidak secara utuh berkembang sikap kemodernannya, karena secara fisik dan budaya mereka mendapat pengaruh kota tetapi secara mental dan administrasi berada di desa. Dalam beberapa bidang kehidupan, masyarakat transisi umumnya kalah bersaing dengan masyarakat kota, apalagi oleh perkembangan kota sendiri yang turut menggeser kehidupan mereka menjadi lebih terpinggirkan. Kehidupan masyarakat transisi di pinggiran kota dapat diketahui dari beberapa aspek, antara lain:
  • Pendidikan, beberapa orang sudah banyak berhasil dalam bidang pendidikan, terutama setelah mereka menamatkan tingkat kesarjanaannya. Tetapi di lain pihak banyak pula yang menjadi pedagang di kota maupun pengemudi ojek di wilayahnya. 
  • Perubahan fungsi lahan, sebagian wilayah pinggiran kota masih berorientasi di bidang agraris terutama pertanian yang banyak dilakukan oleh mereka yang berusia tua, sedangkan pemuda nampaknya sudah tidak tertarik lagi di bidang pertanian dan mereka berusaha bekerja di bidang lain.
  • Mata pencaharian, ketidaktertarikan pemuda di bidang agraris dan adanya perubahan fungsi lahan menyebabkan masyarakat di pinggiran kota sebagai masyarakat transisi berusaha mencari kehidupan di bidang lain. Berdirinya industri di wilayah mereka, menyebabkan adanya persaingan untuk menjadi pekerja dengan masyarakat yang berasal dari daerah-daerah lain, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang tidak dapat di terima dengan alasan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, akibatnya mereka kalah bersaing sehingga tersingkir dari kehidupan menjadi pekerja industry.
  • Konflik, adanya perumahan baru yang diisi oleh mereka yang bekerja di kota, kompleks perumahan tersebut terpisah dengan pemukiman warga masyarakat sekitarnya oleh benteng yang kokoh dan tinggi, apalagi kehidupan masyarakat pemukiman baru, di tambah lagi sarana umum seperti jalan yang masuk ke pemukiman masyarakat setempat ditutup, akibatnya masyarakat untuk menuju tempat atau jalan terdekat harus mengelilingi pemukiman baru yang jaraknya relative jauh. Konflik masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi industry seringkali terjadi dan tikdak jarang terjadi pengrusakan terhadap bangunan industry. 
  • Pengaruh kota, mereka yang berada dipinggiran kota sudah mulai meninggalkan sikap dan sifat tradisionalnya kemudian beralih menjadi mayarakat kota yang modern. Keinginan untuk menjadi masyarakat modern menjadi terlalu dipaksakan malah terjebak pada sikap weternisasi, karena kurangnya pengetahuan dari pengertian modern itu sendiri.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca Perkembangan masyarakat Indonesia, Jika ada yang Kurang Faham, kalian bisa bertanya melalui komentar, Terima kasih.