Home » » Kepemimpinan Pendidikan

Kepemimpinan Pendidikan

Di Posting Oleh : Admind.msc- The Vamphire 8.01.2011 -3:08 PM

Kepemimpinan  Pendidikan
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang guna mencapai tujuan organisasi (George R. Terry).Kepemimpinan sangat berperan dalam pencapaian suatu tujuan lembaga atau pun organisasi. Kepemimpinan yang amanah dan bertanggung jawab dapat membawa lembaga atau organisasi maju dan berkembang. Kepemimpinan juga sangat erat kaitannya dengan power atau kekuasaan. Kepemimpinan yang prospektif ditentukan oleh sang pemimpin yang menjadi top leader dari suatu lembaga atau organisasi.Pada lembaga pendidikan top leader itu bisa dalam jabatan kepala sekolah, dekan, rektor dan sebagainya. Top leader pada lembaga pendidikan memerlukan beberapa persyaratan utama yang merupakan nilai lebih untuk mempengaruihi, mengarahkan dan memimpin lembaga atau organisasinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pemimpin yang professional akan punya power untuk memimpin bawahannya, sehingga efektif dalam pekerjaan yang diembannya. Pemimpin yang tidak efektif tidak akan bisa mencapai tujuan lembaga atau organisasi secara baik. Banyak kita lihat CEO (Chief executive officer), kepala sekolah, rektor, dan sebagainya yang kurang berhasil melaksanakan tujuan lembaga dan organisasi.

1. Persyaratan Pemimpin Pendidikan Banyak teori yang membahas tentang pemimpin, kepemimpinan, kekuasaan dan manajerial yang menyorot dari bermacam-macam sudut pandang, baik dari segi agama, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Koran SINDO, Selasa, 12 Agustus 2008, halaman 05, mengemukakan ada 6 kompensasi kepala sekolah yang harus diperhatikan
  1. Kepemimpinan
  2. Kepribadian
  3. Sikap
  4. Social
  5. Manajerial
  6. Supervisi
  7.  Kewirausahaan

Seorang kepala sekolah disamping persyaratan pendidikan harus menguasai kepemimpinan secara teoritik dan praktik, mempunyai kepribadian yang lembut, tegas, visioner, adil dan berdisiplin, adil dan berdisiplin. Kepala sekolah memperhatikan kesejahteraan guru dan pegawai. Peduli kepada sekolah dan komponen-komponen sekolah lainnya. Sebagai orang nomor 1 di sekolah, seyogyanyalah kepada sekolah seorang yang mengerti manajemen, sehingga manaemen kinerjanya tertata secara baik, kepala sekolah sebagai pemimpin haruslah menerti tentang SWOT dan fungsi-fungsi manajemen seperti planning, organizating, budgeting, dan sebagainya.Kepala sekoah sebagai pemimpin harus melakukan supervise secara terprogram untuk mengetahui apakah program sekolah telah terimplementasi secara baik atau belum. Hasil supervise bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan sebuah program. Di era global sekarang seorang kepala sekolah harus mempunyai jiwa kewirausahaan, agar bisa mencari uang untuk kemajuan sekolah, baik untuk pembangunan fisik sekolah, kesejahteraan guru maupun untuk meningkatkan mutu akademik sekolah. Mencari uang itu bisa melalui :
  1. Wali
  2. Amanah
  3. Dana dari orang yang peduli pendidikan
  4. Usaha bisnis seperti membuka gerai internet, kantin, hotel dan sebagainya.
  5. Dana dari bantuan asing melalui program jitu yang diimplementasikan seperti peningkatan berbahasa asing, dan sebagainya.Berdasarkan PERME DIKNAS No. 16 tahun 2007 tentang Standar Akademik Kepala Sekolah dan Madrasah adalah bahwa Kepala Sekolah harus memiliki 5 kompetensi :
  1. Kompetensi Kepribadian
  2. Kompetensi Manajerial
  3. Kompetensi Kewirausahaan
  4. Kompetensi Supervisi
  5. Kompetensi Sosial

Kemudian diikuti oleh PERMENDIKNAS No. 16 tahun 2007 tentang Standar Akademik Guru dan Standar Kompetensi paedagogik dan pembelajaran. Untuk guru sekarang harus bersantar S1 dan untuk Dosen berstanda S2

2. Pimpinan dan Kekuasaan
Sebagai seorang pemimpin atau sebagai Kepala Sekolah harus berkualitas punya kompetensi seperti yang dikemukakan di atas, agar punya wibaya dalam menerapkan kekuasaan. Seorang pemimpin yang tidak berwibawa, lemah, maka tidak akan efektif dalam menjalankan tugasnya.Wirawan (2003 : 8) mengatakan konstelasi kekuasaan sang pemimpin dengan tingkat potensi mempengaruhi orang lain atau anak buah yang dipimpinnya. Yaitu :
  1. Bila pemimpin lebih professional dan berkualitas dari bawahan maka akan efektif mempengaruhi bawahannya.
  2. Jika pemimpin tidak professional dan tidak berkualitas maka tidak akan efektif mempengaruhi bawahannya.
  3. Analisa Kepemimpinan Profesional

Berdasarkan teori dan praktik Kepemimpinan yang kita pelajari dapat dipetakan pemimpin yang professional :
  1. Mempunyai pengetahuan yang luas
  2. Punya visi, misi dan program serta punya strategis jitu mencapai tujuan
  3. Manajerial handal, merupakan fungsi manajerial
  4. Berkepribadian menarik, pribadi teladan
  5. Jujur, adil, kreatif, kerja keras, berdisiplin dan positif thinking
  6. Berjiwa entrepreneurship
  7. Membangun networking relationship

Dengan studi dan kerja keras para guru dan pimpinan yang hadir hari ini akan dapat menguasai 7 materi pokok di atas.Kepemimpinan seorang kepala sekolah untuk peserta didik adalah memberikan layanan pendidikan yang mencerdaskan, aman, nyaman dan menyenangkan bagi mereka melalui diri kepala sekolah,guru, pustakawan, konselor, tata usaha dan karyawan sekolah yang termasuk dalam istilah pendidik dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah pun membuat kebijakan umum yang strategis bersama konstituen sekolah dalam memimpin pola kurikulum, pola pembiayaan, pola fungsionalisasi sarana dan prasarana sekolah, pola aktifitas umum peserta didik, pola kerjasama dengan orangtua peserta didik dan masyarakat, dimana semua kegiatan tersebut ditujukan bagi pembangunan karakter peserta didik yang dideal.Sebenarnya apakah yang dibutuhkan oleh peserta didik dari sekolah yang ia ikuti kegiatan-kegiatan pendidikannya? Lebih lanjut lagi, apakah yang mereka butuhkan dari kepemimpinan kepala sekolah di sekolah mereka? Bukankah mereka perlu untuk dikenali dan dipahami oleh kepala sekolah dari mulai mereka mendaftar sebagai calon siswa baru hingga mereka akan lulus dari sekolah. Bukankah mereka berhak untuk mendapatkan pertanyaan-pertanyaan akan kebutuhannya dari seorang kepala sekolah. Bahkan, seharusnya seorang kepala sekolah yang sehat dan paham akan arti kepemimpinan kependidikan sampai arti kepemimpinan kepala sekolah itu, ia sangat membutuhkan data-data tentang kebutuhan peserta didik terhadapnya sebagai pimpinan sekolah. Bagaimana mungkin sekolah dapat dikatakan bermutu, jika kepala sekolahnya tidak tahu kebutuhan peserta didiknya. Bagaimana mungkin kurikulum sekolah dapat berlangsung sesuai standar mutu, jika kebutuhan peserta didiknya saja belum diketahui.

Pada saat kepala sekolah baru terpilih, maka ia melakukan sosialisasi dengan semua siswa, agar ia dapat mengenal siswa dan kebutuhan mereka. Waktu sosialisasi ini tidak cukup sehari, namun tidak menjadi alasan untuk tidak melakukannya atau hanya membuat agenda yang setengah-setengah untuk menemui para siswa. Dan kegagalan para kepala sekolah dalam memimpin sekolah, salahsatunya adalah karena ia tidak melakukan kegiatan wajib iniLipham dan Hoeh (1974) menyebutkan, bahwa kepemimpinan dalam pendidikan, salah satunya adalah bagaimana kepala sekolah mengurusi siswa. Dan definisi kedua ahli tersebut atas arti kepemimpinan adalah Perilaku seseorang yang memulai tatanan interaksi baru dengan sistem sosial; memulai perubahan pada visi, tujuan, pola, tata laksana, masukan, proses dan akhirnya ialah luaran sistem sosial. Artinya, kepala sekolah, jika menginginkan adanya perubahan, maka ia harus mulai merubah sikap diri terhadap pentingnya data kebutuhan siswa ia harus segera memulai interaksi baru agar ia segera mencari data tersebut untuk mengubah kebekuan kegiatan sekolahnya yang selama ini perlu diperbaiki guna melayani kebutuhan siswa, mendapatkan layanan pendidikan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya, lebih mencerdaskan, lebih menyenangkan, lebih efektif dan efisien. Karena, menjadi pemimpin sekolah itu harus memiliki makna bagi kehidupan pendidikan para siswa.Bilamana kepala sekolah memaknai arti kepemimpinanya untuk memberikan pendidikan yang mencerdaskan dan bermutu tinggi kepada siswa di sekolah yang dipimpinnya, maka terdapat karakteristik fenomena khusus yang dapat diamati di sekolah, yakni:
  1. Siswa bersahabat dan bekerjasama dengan kepala sekolah dalam mengembangan sekolah.
  2. Siswa berlatih dan berperilaku mandiri dalam pembuatan solusi nyata terhadap tantangan yang dihadapi sekolah, pembelajaran mandiri, kegiatan belajar-mengajar bersama guru, dan kepemimpinan.
  3. Pendidik dan tenaga kependidikan senantiasa bertanggungjawab atas konsumen sekolah para siswaM
  4. Eksistensi kerjasama antara siswa, orangtua siswa, pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah menjadi komponen terbesar dalam pendekatan sistemik, sustainabel, dan responsif untuk mengadakan perubahan sekolah.

Sedangkan, jika kepala sekolah tidak memaknai arti kepemimpinannya untuk siswa sesama manusia yang wajib diberi layanan pendidikan olehnya maka akan terdapat karakteristik fenomena sebagai berikut:
  1. Siswa dianggap sebagai penerima-pasif di sekolah, atau sebagai gelas kosong yang harus selalu diisi oleh pengetahuan para guru
  2. Kontribusi siswa diperkecil atau diambil oleh orang selain mereka, sedangkan para siswa hanya diminta untuk menyetujui saja gagasan-gagasan yang sudah dibuat, atau sekedar mengundang para siswa untuk hadir dalam sebuah pertemuan tanpa adanya kewenangan untuk mengemukakan pendapat.
  3. Ketika perspektif, pengalaman atau pengetahuan para siswa disaring dengan interpretasi orang-orang selain mereka, hingga menjadi terjemahan-terjemahan yang meleset atau bahkan tidak benar.
  4. Siswa diberikan masalah-masalah untuk dipecahkan tanpa adanya dukungan warga sekolah lainnya atau tanpa diberi bekal pelatihan diklat yang cukup; atau di bisa juga, para siswa dilatih keterampilan memimpin, namun tidak diberikan kesempatan untuk berperan sebagai pemimpin yang bisa berkontribusi di sekolah mereka (dikembangkan dari Meaningfull Student Involvement karya Adam Fletcher,2005)Tahapan-tahapan partisipasi anak atau children’s participation menurut Hart (1997:41) yang terbagi jadi dua kategori, yakni Rung #1 to #3 sebagai derajat non-partisipasi dan Rung #4 to #8 sebagai derajat partisipasi.Children’s Participation Partisipasi Anak Terdapat dua kelas umum tentang partisipasi siswa, yakni: Pertama, kelas non-partisipasi siswa dan kelas pro-partisipasi siswa di sekolah. Kelas non-partisipasi siswa adalah: usaha manipulasi pembuatan keputusan para siswa, rekayasa pembuatan keputusan siswa oleh kepala sekolah, dan pengambilan peran siswa dalam hal pembuatan keputusan mereka. Sedangkan kedua, kelas pro-partisipasi siswa adalah: aktifitas pembuatan keputusan siswa dengan cara pemberian tugas oleh kepala sekolah kepada siswa, pembuatan keputusan berdasarkan suara aspirasi siswa, pembuatan keputusan dilakukan dengan pembagian wewenang bersama siswa, pembuatan keputusan berpusat pada siswa yang mengarahkannya, dan pembuatan keputusan yang dilakukan oleh siswa berbagi dengan kewenangan kepala sekolah (kerjasama anak-anak dengan orang dewasa).

Teori kebutuhan yang dikemukakan Abraham Maslow dapat dijadikan sebuah landasan akan kebutuhan dasar apa yang perlu diketahui kepala sekolah dari siswanya.

Dalam Motivation and Personality (1954), Maslow mengemukakan secara formal tentang Hierarki Kebutuhan atau the Hierarchy of Needs, yakni:
  1. Aktualisasi individu yang didasari akan terpenuhinya kebutuhan diri oleh faktor kebenaran (truth),keadilan (justice),kebijaksanaan (wisdom),dan kebermaknaan (meaning).
  2. Harga diri yang didasari oleh terpenuhinya kebutuhan akan pengenalan dari lingkungan (recognition based external motivator),perhatian dari lingkungan (attention as external motivator),status social (social status as external motivator),prestasi diri (accomplishment as internal motivator), dan kehormatan diri (self-respect as internal motivator).
  3. Sosialisasi yang didasari oleh tercukupinya kebutuhan akan pertemanan atau persahabatan (friendship),menjadi bagian dari komunitas (belonging to a group),dan aktifitas mengasihi dan menerima kasih-sayang (giving and receiving love).
  4. Keamanan yang dipenuhi dengan kebutuhan akan hidup di lokasi yang aman (living in a safe area),mendapat jaminan pengobatan (medical insurance), keamanan kerja (job security),dan pemasukan dana (financial reserve).
  5. Fisiologis yang dicukupi oleh pemenuhan kebutuhan akan udara untuk bernafas (air), makanan (food),tidur (sleep) dan air untuk kehidupan fisik (water).Namun, meski demikian teori Maslow tentang Hirarki Kebutuhan, sesungguhnya tidaklah harus hirarkis, tapi boleh kategoris,karena yang lebih tahu kebutuhan seorang manusia, tentu adalah sang manusia itu sendiri dan Tuhannya.Lebih lanjut, jika ingin mengetahui kebutuhan siswa, maka kepala sekolah hanya tinggal bertanya saja pada siswanya dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar ditemukan kebutuhan siswa yang terbaik untuk dipenuhi oleh satuan pendidikan bernama sekolah.Kepala sekolah yang memaknai arti penting kepemimpinannya bagi siswa,maka ia akan menemukan kebutuhan siswa sebagai berikut (Gordon,1983) :
  1. Universal needs kebutuhan yang diperlukan oleh seluruh siswa. 
  2. Selective needs kebutuhan yang diperlukan oleh siswa saat menghadapi masalah
  3. Indicated needs kebutuhan yang diperlukan siswa secara preventif Kepala sekolah yang lebih jauh lagi memaknai arti kepemimpinannya bagi siswa dapat memunculkan komponen-komponen indikator kebutuhan siswa, seperti berikut:
  1. Makanan kebutuhan dasar bagi setiap siswa, dimana siswa perlu makanan bergizi, dan berimbang. Faktanya, penting sekali bagi siswa untuk sarapan pagi dan makan siang sebagai asupan energi untuk aktifitas sekolah, kebanyakan orangtua siswa perlu asistensi dalam menentukan kebutuhan makanan dalam keluarganya, para siswa yang kurang gizi mengalami masalah perilaku dan perhatian belajar yang lemah, perlu adanya program makanan tambahan bagi anak sekolah yang dikembangkan dengan pemerintah atau organisasi non-pemerintah yang peduli pada kesehatan belajar siswa.
  2. Pakaian dan perlengkapan sekolah kebutuhan siswa untuk mengenakan pakaian yang diperkenankan di lingkungan sekolah, tidak perlu menjadi hambatan agar mereka belajar di sekolah. Kemudian, alat tulis sekolah, buku catatan, buku pelajaran dan aneka kebutuhan belajar lainnya yang dibutuhkan siswa akan menjadi isu penting sebagai kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam suksesi kegiatan belajar mereka di sekolah.
  3. Tempat tinggal sebuah kebutuhan akan adanya rumah tinggal, dimana siswa yang mengalami masalah tidak punya tempat tinggal untuk beristirahat atau bersosialisasi dengan keluarganya akan sangat berpengaruh bagi kehidupan belajarnya.
  4. Interaksi sosial disekolah kebutuhan siswa akan adanya interaksi sosial dengan sesama siswa, dengan para guru dan staf sekolah, juga dengan kepala sekolah. Kemudian, ketika warga sekolah berinteraksi satu sama lain, maka siswa pun membutuhkan contoh sikap dan perilaku dari seluruh warga sekolah, karena siswa pun tentu punya indera pengamatan untuk menyaksikan ragam aktifitas interaksi sosial di sekolahnya yang bisa ia pelajari.
  5. Pengenalan sosial kebutuhan akan pengenalan atau publisitas bagi semua siswa dalam hal prestasi, profil dan keunikan mereka sebagai eksistensi individual atau organisasional siswa.
  6. Perilaku dan keyakinan kebutuhan spiritual akan adanya komitmen perilaku baik di sekolah dan kepercayaan akan nilai-nilai yang didukung oleh warga sekolah. Sehingga, siswa tidak malu atau sungkan mengungkapkan sikap baik dan sikap yang sesuai dengan keyakinan mereka di sekolah.
  7. Motivasi kebutuan psikologis siswa yang memerlukan adanya dorongan semangat agar mereka senantiasa berada dalam kesiapan menghadapi hidup dan episode pengalaman belajar di sekolah. Tentunya yang perlu dibangun pula adalah motivasi internal, yakni, bagaimana siswa dapat diberikan bimbingan guna menumbuhkan motivasi-motivasi dari dirinya sendiri (Woolley, 2006).

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca Kepemimpinan Pendidikan, Jika ada yang Kurang Faham, kalian bisa bertanya melalui komentar, Terima kasih.