Home » » Makalah Linguistik Lanjut

Makalah Linguistik Lanjut

Di Posting Oleh : Admind.msc- The Vamphire 10.17.2014 -11:27 AM

BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komunikasi.Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang paling penting. Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik,kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi bahasa, dalam pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisah-pisahkan (bunyi segmental), dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur yang menyertainya sehingga disebut bunyi segmental. Oleh karna itu, dianggap penting untuk mengkaji mengenai bunyi-bunyi segmental tersebut. Guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. 

 B. RUMUSAN MASALAH 
  1. Bagaimanakah definisi bunyi segmental?
  2. Bagaimanakah klasifikasi bunyi segmental?
  3. Bagaimanakah bentuk-bentuk deskripsi bunyi segmental? 
C. TUJUAN
  1. Mengidentisifikasi definisi bunyi segmental
  2. Mengidentisifikasi klasifikasi bunyi segmental
  3. Mengidentisifikasi deskripsi (gambaran) bunyi segmental 
BAB II
KAJIAN TEORI 
A. PENGERTIAN BUNYI SEGMENTAL MENURUT PARA AHLI 
  1. Muslich, Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam 
  2. Abdul chaer. 2009. Bunyi segmental ialah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu.
  3. Imam-suhairi . 2009. Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat disegmentasi/dipisah-pisahkan. Kata matang misalnya, dapat disegmentasi menjadi /m/,/a/,/t/,/a/,/n/,/g/. Jelas bunyi-bunyi tersebut menunjukkan adanya fonem. Dengan demikian, sebenarnya bunyi-bunyi bahasa yang telah diuraikan sebelumnya adalah bunyi segmental.
B. Deskripsi bunyi segmental bahasa Indonesia 

Muslich, Masnur. 2008.Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai disteribusi dan lingkungan. 

BAB III PEMBAHASAN 
A. Dasar Klasifikasi Bunyi Segmental Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam criteria, yaitu:
  1. Ada tidaknya gangguan 
  2. Mekanisme udara
  3. Arah udara
  4. Pita suara
  5. Lubang lewatan udara
  6. Mekanisme artikulasi 
  7. Cara gangguan
  8. Maju mundurnya lidah
  9. Tinggi rendahnya lidah
  10. Bentuk bibir
1. Ada Tidaknya Gangguan 
Yang dimaksud dengan gangguan adalah penyempitan atau penutupan yang dilakukan oleh alat-alat ucap atas arus udara dalam pembentukan bunyi. Bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu: 
  1. Bunyi vokoid, yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.
  2. Bunyi kontoid, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.
2. Mekanisme Udara 
Mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggerakkan pita suara sebagai sumber bunyi.Dilihat dari kriteria ini, bunyi-bunyi bahasa bisa dihasilkan dari tiga kemungkinan mekanisme udara, yaitu:
  1. Mekanisme udara pulmonis, yaitu udara yang dari paru-paru menuju keluar.
  2. Mekanisme udara laringal atau faringal, yaitu udara yang datang dari laring atau faring.
  3. Mekanisme udara oral, yaitu udara yang datang dari mulut. 
3. Arah Udara 
Dilihat dari arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
  1. Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju ke luar melalui rongga mulut atau rongga hidung.
  2. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk ke dalam paru-paru. 
4. Pita Suara 
Dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
  1. Bunyi mati atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup sehingga getarannya tidak signifikan. Misalnya, bunyi [k], [p], [t], [s].
  2. Bunyi hidup atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara signifikan. Misalnya, bunyi [g], [b], [d], [z]. 
5. Lubang Lewatan Udara 
Dilihat dari lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
  1. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring.
  2. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga hidung, dengan menutup rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
  3. Bunyi sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut dan ronggga hidung, dengan membuka velik sedikit. 
6. Mekanisme Artikulasi 
Mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yag bekerja atau bergerak ketika menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan kriteria ini, bunyi dapat dikeompokkan sebagai berikut.
  1. Bunyi bilabial, yaitu bunti yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dan bibir (labium) atas. Caranya, bibir bawah (sebagai artikulator) menyentuh bibir atas (sebagai titik artikulasi). Misalnya bunyi [p],[b],[m], dan [w].
  2. Bunyi labio-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir(labium) bawah dan gigi (dentum) atas. Caranya, bibir bawah (sebagai artikulator) menyentuh gigi atas (sebagai titik artikulasi). Misalnya, [f] dan [v].
  3. Bunyi apiko-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gigi(dentum) atas. Caranya, ujung lidah (sebagai articulator) menyentuh gigi atas (sebagai titik artikulasi). Misalnya, [t] pada [pintu], [d] pada [dadi](jawa), dan [n] pada [minta].
  4. Bunyi apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gusi (alveolum) atas. Caranya, ujung lidah sebagai articulator menyentuh kaki gigi atas yang berperan sebagai titik artikulasi. Misalnya, [n] pada [nama].
  5. Bunyi lamino-palatal, bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langit-langit kertas (palatun). Caranya, tengah lidah sebagai articulator menyentuh langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Misalnya, [c], [j],[ῆ].
  6. Bunyi dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan anak tekak (uvula). Caranya, pangkal lidah sebagai articulator menyentuh anak tekak sebagai titik artikulasi. Misalnya, [q],[R].
  7. Bunyi laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring). Caranya, udara yang keluar dari paru-paru digesekkan ke tenggorok. Misalnya, [h].
  8. Bunyi glottal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau celah (glottis) pada pita suara. Caranya, pita suara merapat sedemikian rupa sehingga menutup glottis. Misalnya, hamzah. 
7. Cara Gangguan 
Dilihat dari car gangguan arus udara oleh ertikulator ketika buny diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
  1. Bunyi stop (hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut implosif (atau stop implosif). Tahap kedua pelepasan disebut eksplosif (atau stop eksplosif).
  2. Bunyi kontinum (alir) kebalikan dari bunyi stop. Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara total sehingga arus udara tetap mengalir. Bunyi-bunyi selain bunyi stop disebut bunyi kontinum.
  3. Bunyi afrikatif (paduan), yaitu yang dihasilkan denga cara arus udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepas secara berangsur-angsur. Misalnya, [c],[j].
  4. Bunyi frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Misalnya, [f],[v],[s],[z],[x].
  5. Bunyi tril (getar), yaitu bunyi yang dihasilkan ddengan cara arus udara ditutup dan dibuka berulang-ulang secara cepat. Misalnya, [r],[R].
  6. Bunyi lateral (samping), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih bisa keluar melalui salah satu atau kedua sisi-sisinya. Misalnya, [l] pada [lima].
  7. Bunyi nasal (hidung), yaitu bunyi yag dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung. 
8. Tinggi-Rendahnya Lidah Dilihat dari tinggi rendahny lidah, bunyi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 
  1. Bunyi tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi,mendekati langit-langit keras. Caranya, rahang bawah merapat ke rahang atas.misalnya, [i] pada [kita].
  2. Bunyi agak tinggi, yaitu bunyi yang dihaslkan dengan cara posisi lidah meninggi,sehingga agak mendekati langit-langit keras. Caranya, rahang atas agak merapat ke rahang atas.
  3. Bunyi tengah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah di tengah. Caranya, rahang bawah dalam posis netral atau biasa. Akibat kenetralannya, bunyi ini biasa diucapkan secara tidak sadar oleh pembicara sebagai pengisi waktu ketika lupa atau sebelum mengucapkan kata-kata yang ingin diungkapkan.
  4. Bunyi agak rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak merendah, sehinggan agak menjauhi langit-langit keras. Caranya, rahag bawah menjauh dari rahang atas, di bawah posisi netral.
  5. Bunyi rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah sehingga dari langit-langit keras. Caraya, rahang bawah diturunkan sejauh-jauhnya dari rahang atas. 
9. Maju-Mundurnya Lidah 
Dilihat dari maju-mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 
  1. Bunyi depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan.
  2. Bunyi pusat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara lidah merata, tidak ada bagian lidah yang dinaikkan.
  3. Bunyi belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah dinaikkan. 
10. Bentuk bibir 
Dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
  1. Bunyi bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat.
  2. Bunyi tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata atau tidak bulat.   
B. Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yag diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan. 1. Bunyi Vokoid 2. Bunyi kontoid Bunyi [w] dan [y] ada yang menyebutnya sebagai semi vokoid karena kedua bunyi tersebut terdapat ciri-ciri vokoid dan kontoid. Jika dalam pengucapan bunyi [u], bundaran bibir dipersempit sehingga arus udara hampir-hampir terhambat, maka terjadilah bunyi [w]. begitu juga, jika pengucapan bunyi [i] posisi lidah dinaikkan terlalu tinggi kea rah langit-langit keras (palatun) sehingga arus udara hampir-hampir terhambat, maka terjadilah bunyi [y]. Dalam praktiknya, peristiwa penyempitan bibir ketika pengucapan bunyi [u] dan peninggian lidah ketika pengucapan bunyi [i] ini sering terjadi secara alamiah karena dipengaruhi oleh pengucapan bunyi-bunyi sesudahnya. Kedua peristiwa itu dikenal dengan labialisasi dan palatalisasi. Untuk mengetahui variasi bunyi yag lebih lengkap bisa dilihat pada deskripsi halaman 59. 


BAB III PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bunyi segmental merupakan salah satu ilmu fonologi yang sangat penting dalam ilmu bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Karena dengan adanya bunyi segmental, maka kita dapat membedakan makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran. Dalam penuturan bahasa Indonesia tinggi rendahnya (nada) suara tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Berbeda dengan nada, tekanandalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tatarankalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tatarankata (leksis). Tidak jauh berbeda dengan tekanan, durasi atau panjang-pendek ucapan dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kalimat, untuk jeda biasanya dilambangkan dengan tanda titik (.). Sedangkan Intonasi merupakan kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian terakhir yang berarti unsur-unsur ini memiliki keterkaitan satu sama lain. 

B. SARAN 
Agar kita bisa memahami lebih jauh bagaimana peran dan kiprah bunyi-bunyi suprasegmental adalah dengan cara kita harus bisa membedakan unsur-unsur suprasegmental tersebut dalam tuturan bahasa Indonesia dimana unsur-unsur tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. 

DAFTAR PUSTAKA 
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara 

KATA PENGANTAR 
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini penulis membahas “klarifikasi dan definisi bunyi sagmental dalam bahasa indonesia”, suatu permasalahan yang selalu dialami masyarakat dalam berkomunikasi. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah keamanan yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam memanfaatkan komunikasi informasi terutama dalam kehisupan sehari-hari, tegur sapa dengan sesama. Dalam proses pendalaman materi klarifikasi dan definisi bunyi sagmental dalam bahasa indonesia, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan” : Dr.Sisilya Saman, M.Pd, selaku dosen mata kuliah “klarifikasi dan definisi bunyi sagmental dalam bahasa indonesia”, rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca Makalah Linguistik Lanjut, Jika ada yang Kurang Faham, kalian bisa bertanya melalui komentar, Terima kasih.